Senin, 01 Juni 2009


''TANPA MOTIVASI JIWA AKAN MEMBEKU, IMAJINASI AKAN MATI dan KEJENIUSAN AKAN TERKUBUR DI DALAM DIRI ANDA ''
HINDARI PERILAKU YANG MERUSAK KARIER :
1. Tidak Cerdas Secara Emosional.
2. Tidak Cerdas Secara Intelektual.
3. Tidak Cerdas Secara Spiritual.
4. Tidak Percaya dengan Pimpinan dan Kolega.
5. Sering Telat masuk Kantor.
6. Tidak Peduli Dengan Kenyamanan Pelanggan.
7. Mencari Kesalahan Orang lain.
8. Sibuk Menghabiskan waktu dengan masalah pribadi
9. Tidak pernah mau Belajar.
10.Tidak fokus dan tidak tanggung jawab pada tugas.

Minggu, 31 Mei 2009

SENTUHAN HATI............MENUNAI MALU


Sabtu, 23 Mei 2009
Siang itu matahari tidak begitu garang, sinarnya tertutup awan, sehingga Wonosobo tidak terpanggang. Udara begitu damai anak-anak sperro-sel keluar dari sekolah tepat pukul 12.00.
Bapak Ibu guru segera berkemas, untuk menikmati malam minggu bersama keluarga. Betapa bahagia setiap menjemput hari minggu tiba. Rasanya minggu menjadi hari yang paling berharga, setelah kerja puluhan jam selama enam hari.
Angkutan warna kuning berjejer di pingir jalan depan sekolah, dengan setia menunggu anak-anak sperro-sel, juga tukang es, borjo,somai yang mencari rejeki dari uang saku anak-anak sperro-sel. Terasa mesra dan embun dingin di hati, menyejukkan perasan tugas 1 minggu dapat terlaksana dengan baik.
Ketenangan ini sedikit terusik dengan terdengarnya tangisan seorang bocah, yang tiba-tiba menerobos gendang telinga, sekonyong-konyong Wakil Kepala Sekolah masuk ruang KS tanpa permisi menyambar bantal 2 buah. Ada apa gerangan dan anak siapakah yang merengek. Dengan rasa penasaran MD meluncur ke lobi sekolah. Ternyata ada anak balita yang di gendong oleh bu Sriyati, dan seorang ibu yang tergolek di sofa sedang dirawat oleh bu Alqomah dan pak Haris suami bu Sriyati. Ibu tersebut pingsan saat berjalan di depan sekolah padahal dia menggendong anaknya yang masih balita. Pak Haris yang sedang menjemput Bu Sri tergopoh-gopoh menolong sang ibu tsb dan dibawa ke lobi sekolah.
Sat itu pula bapak ibi guru dan staf TU terharu, tercekat hatinya melihat kondisi sang ibu. Semakin mengiris hati, membuat pilu di hati, sang anak selalu rewel menangis, sementara si ibu masih tergolek lemas tak berdaya.
Beberapa saat setelah dirawat dan diberi minum si ibu dapat duduk dan diajak berdialog. Si ibu baru menjual kalung di Kota Wonosobo seharga1 juta 40 ribu, tiba-tiba didekati seseorang yang tidak dikenalnya dan ditepuk bahunya. Ibu tsb terus mengikuti orang tsb sampai terminal Sawangan ke arah Banjarnegara yang jaraknya<= 20 km.dari kota Wonosbo. Sampai terminal Sawangan, orang tidak dikenal minta ijin kepada sang ibu untuk ke kamar kecil. Ternyata di tungu satu jam orang tak dikenal sudah menghilang entah kemana. Sementara uang hasil penjualan kalung turut di bawa orang tak dikenal tsb. Dalam keadaan bingung dan tidak punya uang si ibu pulang balik ke Wonosobo dari Sawangan berjalan kaki hingga di depan sperro-sel, ibu tsb jatuh pingsan.
Trenyuh hati melihat kondisi si Ibu,tersentuh hati Bapak ibu guru sperro-sel, dengan spontan mengumpulkan uang untuk membantu si Ibu yang malang, agar dapat secepatnya pulang ke kampungnya. Karena Uang penjualan emas yang sudah hilang tersebut rencana untuk selamatan, suaminnya yang sudah meningal dunia. Pak penjaga malam beserta Istri memberi makan siang agar si ibu punya tenaga kembali untuk menggendong anaknya. Bu Setyo tanpa dikomando mencari tas kresek untuk menampung sumbangan dari bapak ibu guru dan karyawan.
Rasa trenyuh hati, rasa simpati, kasihan...........menjadi rasa malu tak terperikan ..malu sekali.
Ibu Dian memberi testimoni dari pengalaman beliau bahwa kejadian ini pernah terjadi di kampungnya. Ini adalah modus yang sudah sering dilakukan oleh orang-orang yang punya kecerdasan mental Negatif. Berpura-pura tertipu, kecelakaan dll, untuk menarik simpati orang-orang agar memberi bantuan.
Betapa malu kami nota bene KS, WKS, Guru dan TU yang setiap hari memberi nasehat kepada anak didik.......masih perlu di didik oleh Alloh SWT.....diberi ujian beberapa menit.
Agar hidup ini lebih hati-hati, jujur dan selalu instropeksi.
====================================================================
mador kawat

Jumat, 29 Mei 2009

DEMO LAUT, DEMO BUMI DAN DEMO ANGIN


Demo-laut, Demo-bumi, dan Demo-angin
Heru Yuwono


Dari alam mimpi, para pejuang demokrasi mengigau :”Di manakah gerangan dan masih seberapa jauhkah jarak kota-kota dan desa-desa sejahtera itu ?”

Mimpi tentang kemerdekaan dan kemakmuran di atas jalan demokrasi yang panjang berliku-liku, berlubang dan berbatu; belakangan ini kian samar seperti sedang menuju gua gelap-pekat – yang bahkan mimpi buruk pun tak bisa dikenang lagi. Kota-kota impian dan desa-desa harapan kok semakin lama semakin menggelisahkan. Berharap akan bertemu wajah-wajah penghuninya yang memancarkan cahaya kebahagiaan, ramah, saling menghormati dan menghargai sesama, sehat-sehat, makmur-makmur dan cerdas-cerdas; kok malahan berjumpa dengan seribu-satu rona yang tegang, gampang meledak, dan tampak lebih tua dari umurnya.

Maka diperlukan kata-kata yang menghibur hati : bahwa demokrasi memang masih dalam proses. Bahwa demokrasi memang masih sedang diperjuangkan. Bahwa hujan emas belum saatnya tiba, karena demokrasi masih sedang mengalami ujian dan cobaan. Dan kata-kata itu lama kelamaan menjadi gerimis air mata yang terasa sakit di dada dan terasa pedih di mata.

Seperti kanak-kanak yang tak pernah jera jatuh-bangun ketika sedang belajar berjalan, bangsa Indonesia merasa tak perlu menyerah untuk terus memperjuangkan demokrasi hingga titik darahnya yang penghabisan. Meski telah berulang-kali mendengar pepatah Deng Xiao Ping bahwa “tidak penting kucing berwarna hitam atau putih, yang penting bisa menangkap tikus”, toh tetap demokrasilah sebagai pilihan tunggal dan agung. Meski laut, bumi, gunung dan angin berkali-kali telah demonstrasi – yang menyebabkan ratusan ribu nyawa melayang – toh tetap demokrasi yang dipercaya sebagai kendaraan menuju nirwana di dunia.

Demokrasi, oh demokrasi, makhluk apakah gerangan dia, hingga Plato – sebagai salah satu penyaksi dan pelaku awal demokrasi – pun meragukannya, kecuali jika demokrasi di bawah pimpinan para filosof dan orang-orang arif bijaksana. Bahkan pun Thomas Carlyle (1795 – 1881) di suatu senja yang dingin di ladang pertanian Craigieburn, Dumfrieshire, Scotland selatan, ngungun dan mengeluh :”Zaman memanggil-manggil ? Ya, kita tahu zaman cukup keras memanggil-manggil orang-besarnya, tapi tak ada yang menyahut. Orang-besarnya tak ada. Tuhan tak mengutusnya. Zaman menjadi kacau dan rusak karena orang-besar tak muncul ketika dipanggil.”


Demokrasi Ciareuteun Kuno

Berkunjunglah ke Ciareuteun, sebuah desa yang terletak di kecamatan Ciampea, kabupaten Bogor. Di desa yang kurang dikenal itu, ada beberapa petilasan (maqam) dinasti Purnawarman – yang memerintah kerajaan di tlatah Pasundan awal, sekitar 150 – 300 masehi. Ptolomeus dari Iskandaria menyebut kerajaan itu sebagai negeri perak. Dapat dianggap kerajaan tertua atau tua di Nusantara. Kalau beruntung, Anda akan bisa berkomunikasi dengan masa silam. Meski agak samar karena akan terdengar bahasa Sansekerta kuno – terkadang bahkan bahasa Urdu – namun sepotong dua potong Anda akan menangkap isyarat tentang suprastruktur dan model pemerintahan di tlatah Pasundan awal. Sebaiknya para capres dan cawapres perlu mengunjungi petilasan-petilasan di Ciareuteun dalam konteks menghormati orang tua (birul walidain) sambil menangkap kearifan masa silam. Jangan gampang menuduh takhayul dan klenik untuk hal-hal semacam itu, karena merekalah penghulu para raja di pulau Jawa, bahkan pendiri Majapahit, Raden Wijaya itu, adalah berasal dari tlatah Sunda.

Mungkin Anda bingung dan tertawa geli membaca alinea di atas, dan menuduh penulisnya sudah mulai kurang waras otaknya. Tapi alinea di atas memang dimaksudkan untuk mengingatkan bahwa demokrasi tak pernah dikenal oleh nenek moyang kita. Juga oleh agama-agama yang dipeluk oleh rakyat Indonesia baik Islam, Kristen, Katolik, Hindu maupun Budha. Demokrasi sesungguhnya tak pernah bisa difahami oleh rakyat Indonesia dalam maknanya secara esoteris (esensial), meski mungkin saja bisa difahami namun hanya sebatas pemahaman eksoteris (lahiriah atau tekstual). Bahkan seorang profesor dan doktor politik sekali pun, asal orang Indonesia asli, tak akan pernah mampu sampai pada penghayatan esoteris atas apa itu demokrasi. Penghayatan esoteris atas sebuah kata atau makna hanya mungkin jika kata itu adalah bahasa ibu (lingua franca). Karena demokrasi tak pernah bisa difahami (secara esoteris), maka akan sangat sulit demokrasi itu mencapai keberhasilan di Indonesia.

Tetangga-tetangga Indonesia di Asia, mulai dari Jepang, Cina, Taiwan, Vietnam, Thailand, hingga Malaysia dan Singapura, tak pernah bersungguh-sungguh dalam menyelenggarakan demokrasi. Filipina yang mencoba – dengan pongahnya – menyelenggarakan demokrasi ala Amerika, bisa kita saksikan betapa buruk hasil yang diperolehnya.

Mereka yang berpura-pura menyelenggarakan demokrasi, tapi bersungguh-sungguh dalam memajukan bangsa dan kesejahteraan rakyatnya itulah yang perlu ditiru Indonesia. Mengutip renungan Cak Nur (Nurcholis Madjid) yang mempertanyakan, mengapa Turki begitu lamban maju sementara Jepang begitu pesat, meski starting pointnya relatif sama, dihitung sejak kehancuran Nagasaki-Hiroshima. Cak Nur berkata :”Karena Kemal Attaturk telah melakukan kesalahan fatal, yaitu telah memutuskan rantai komunikasi antar generasi dengan mengganti secara revolusioner bahasa yang digunakan generasi lama dengan bahasa Turki sekarang, sehingga generasi muda Turki tidak bisa belajar khazanah-khazanah ilmu pengetahuan dan kearifan masa silam, sementara konsistensi Jepang menggunakan bahasa dan huruf Kanji, tetap menggairahkan generasi baru untuk bisa membaca dan belajar karya-karya pendahulunya berabad-abad yang silam.” Indonesia ? Bahkan huruf Ajisaka (hana caraka itu), telah dilupakan sejak puluhan tahun yang lalu dan di museum pun mungkin sudah terkoyak dimakan rayap.*****

Senin, 18 Mei 2009

REUNI SMA 1 BANJARNEGARA 76 - 15 Mei 2009

BERKUMPULNYA KEMBALI ANAK-ANAK NAKAL, BANDEL, KUCLUK AN KENTHIR..............................................
Syukur alhamdulillah, saya panjatkan kehadirat Alloh swt, di usia yang lebih setengah abad ini masih diberi nikmat yang melimpah, kejutan -kejutan yang menakjubkan. Begitu kita ketemu berkumpul jadilah kita-kita ini yang sudah nenek-nenek dan kakek-kakek, berubah menjadi anak-anak yang tidak punya malu, ora nduwe isin , cengengesan disana-sini, guyon sepanjang waktu, anak-anak balita yang rambutnya beruban, wajahnya lucu, culun ,keriput pating slember.

Tapi raut wajah tetap semangat untuk menempuh perjalanan panjang, dilakoni pertemuan, rapat, rembugan untuk menggalang teman-teman yang akan berangkat ke Jakarta. Disana sudah ditunggu oleh Nenek-nenek yang cantik dan kakek-kakek yang hueebat.
Sepanjang perjalanan sudah membayangkan betapa ramainya nanti di Jakarta, mencuat nostalgila saat SMA, berceloteh ramai bak perjaka dan perawan sunti yang tamasya. Tetapi kodrat tak bisa dipungkiri kita-kita sudah mulai beser, tidak tahan duduk terlalu lama, harus cari tempat yang representatif untul piss of cur........alias kepuyuh-puyuh.
Bu Win, Bu Rini, Mak Erot....eee...Ros,Bu Lilik..................
Apapun yang kita lakukan, sambutan teman-teman yang hueebat di Jakarta, semua sangat berkesan di hati kami. Kami kembali menjadi anak-anak yang kenthir, kucluk an gebleg....betapa tidak di semua even selalu cengengesan dan guyon. Sungguh luar biasa yang kami rasakan, kaya tamu terhormat, tidur di TMII bersama kontestan KDI dari seantero Indonesia, mereka cantik-cantik muda-muda. Kami tidak kalah dari mereka, terbukti di ruang makan yang megah kami masih bisa berkaraoke, berkat usilnya tangan H. Budi Kribo. Sarapan dan makan siang di Anjungan Jawa Tengah diladeni. Dasar madan rakus mingsih pesen soto, gado-gado, dawet, yang ahkirnya ora kepangan......rumangsanya wetenge isih muat....weteng tua kadang-kadang ora eling.
Makan siang di Botani Squar nganti di jaga petugas keamanan, gara-gara pak Rektor, wuiih......ora ngebayangkan sebelumnya, keluar dari ruang yang apik itu serasa habis rapat rektorat, di luar ditunggui oleh petugas keamanan yang menjaga dan menyambut. ...seakan-akan kami Rektor, Dosen serta pejabat-pejabat IPB. Walau ngesuk bali dadi ibu RT, guru an lurah maning...kaya asline.
Inilah wujud rasa syukur Bu Rini, Bu Win, Mak Erot...eee...Ros,Bu Lilik, Pak Heru, Pak Heri, Pak Bemby an Dimas Ajab dan temen-temen di Jakarta. Dengan mengundang kami, semoga rejeki yang kalian terima tambah banyak dan barokah.
Perjalanan ke Kebun Raya sungguh melelahkan, mlaku adoh baline menanjak, tapi kesannya sungguh luar biasa...dirayu sebentar oleh mak Erot...hanyut mlebu kalen...jadi petugas pembawa tas..penat,letih ,kesel hilang seketika setelah minum Jus mangga 2 gelas dan mendapat senyuman erotis mak Erooooot ..weeeeww . Selamat ya Sis....ngesuk disidakna mlaku-mlaku maring kepetek tapi dewekan bae......(wis kenthir mbokan ) ben dikroyok kethek.



Semua tetp ada batase, kita harus menyudahi pertemuan ini, disambung besok pada episod dilain waktu.
Kita harus bangun dari mimpi, kembali ke habitat masing-masing melaksanakan tugas dewek-dewek. Kenangan di Jakarta menjadi penyemangat kerja kita. Mari kita yang sudah mulai pikun ini, semangkin menundukkan muka di hadapan Alloh yang Maha Kuasa, lebih tawaduk beribadah, agar sisa hidup ini bisa kita nikmati dan lebih bermanfaat untuk sesama.
Sungguh saya mohon maaf....bila tidak berkenan di hati teman-teman. Keberhasilan Kalian di Jakarta menjadi kebanggaan kami.....kadang-kadang tidak disadari nrocor bae lambe iki menceriterakan kalian.....yang sudah Huuueebat- huueebat....di forum yang kalian tidak kenal. Sebab kalau saya ingat-ingat kalianlah yang sejak sekolah, menjadi anak-anak yang pinter yang siap menerima pelajaran dari guru.....sedang kami hanya penggembira neseki buku absen yang hanya siap mlebu sekolah.
Perpisahan menimbulkan keharuan, nelangsa...sedih arep nangis isin...ati iki mritili...ana sesuatu yang hilang....nelangsa banget. Semoga ngesuk masih diparingi umur, sehat...ana wektu kita ketemu kembali.
Ngapura banget tulisan iki mbokan ana salahe....nyong seneng guyon ya mak Erot.
Wassalam.......''.Wahyudi Buntil '' <>



Rabu, 18 Maret 2009

MASIH REUNI SMA

Paklurah....








pak lurah dan pak rektor



REUNI SMA JILID 2

Ketemu temen......yang sama bodonya
pada saat sekolah..........

ibu juragan sebagai sponsor
reuni.......

ketemu kapten.....bal-balan


paling suka foto bersama
bisa untuk ceritera kepada suami
istri, anak2 dan cucu